Selasa, 31 Maret 2009

Tentang UNESA

Universitas Negeri Surabaya, disingkat Unesa, adalah perguruan tinggi negeri di Surabaya, Indonesia, yang berdiri pada 19 Desember 1964. Rektor pada tahun 2006 adalah Prof. Dr. H. Haris Supratno.UNESA memiliki 7 fakultas.antara lain FIK (fakultas ilmu keolahragaan),FIP (fakultas ilmu pendidikan),FBS (fakultas bahasa dan seni),FT (fakultas tekni), FE (fakultas ekonomi),FMIPA (fakultas matematika dan ilmu pengetahuan alam),dan FIS (fakultas ilmu sosial). diantara ke tujuh fakultas yang ada di UNESA yang menjadi unggulan adalah FIK. fakultas ini memiliki sarana dan prasarana Olahraga terlengkap di asia tenggara. fakultas ini juga mendapatkan nama Kampus prima utama Olahraga dari menpora RI.


IKIP Surabaya yang legendaris itu telah berubah menjadi Unesa? Bisa diceritakan proses perubahan dan implikasinya?

Pada 1980 sampai 1990 minat masyarakat untuk belajar di IKIP (Institut Keguruan dan Ilmu Pendidikan) Surabaya dari tahun ke tahun mengalami penurunan. Puncaknya, 1997-1998, jumlah mahasiswa hanya sekitar 6.000. Anggapan generasi muda bahwa profesi guru tidak menjanjikan, seperti Oemar Bakri, telah melekat kuat di benak mereka. Dan itu tak lepas dari kenyataan yang ada saat itu.

Nah, mulai 1999, beberapa rektor IKIP negeri mengusulkan kepada Dirjen Pendidikan Tinggi agar IKIP diubah statusnya menjadi universitas. Gelombang pertama yang diubah adalah IKIP Surabaya, Malang, Jogjakarta, Medan, dan Jakarta. Kemudian, disusul IKIP-IKIP negeri lain pada gelombang kedua. Jadi, total IKIP Negeri yang berubah status menjadi universitas negeri ada 10.

Nama universitas disesuaikan dengan nama kota masing-masing. IKIP Negeri Surabaya menjadi Universitas Negeri Surabaya (Unesa) karena letaknya di Surabaya. IKIP Negeri Makassar menjadi Universitas Negeri Makassar. Dan seterusnya.

Apa perbedaan utama IKIP setelah menjadi universitas?

Nah, sejak 1999 itu Unesa juga mengalami perluasan mandat. Unesa tidak hanya menyelenggarakan program kependidikan, tetapi juga nonkependidikan. Contoh: Pendidikan Bahasa. Ada Sastra Inggris, Pendidikan Bahasa Indonesia, dan Sastra Indonesia. Begitu juga di Fakultas Matematikan dan Ilmu Pengetahuan Alam (MIPA), ada yang pendidikan, ada ilmu murni, ada yang terapan.

Sejak saat itulah minat masyarakat untuk kuliah di Unesa mengalami peningkatan yang luar biasa. Puncaknya pada 2008 lalu, peminat mencapai 22 ribu pendaftar. Sedangkan yang bisa diterima hanya 4.500 mahasiswa.

Apakah peningkatan peminat ini terjadi di semua jurusan?

Yang paling tajam di PGSD (Pendidikan Guru Sekolah Dasar). Pada jalur PMDK mencapai 5.000 pendatar untuk daya tampung yang hanya dua kelas. Belum lagi jalur SNM-PTN dan nonreguler. Sedangkan jurusan yang peminatnya tetap sedikit, bahkan menurun, adalah sejarah dan seni. Ini disebabkan anggapan masyarakat mengenai prospek pekerjaan untuk lulusannya yang kurang begitu menjanjikan.

Saya juga ingin tekankan bahwa bahwa meskipun IKIP Surabaya telah menjadi Unesa, kami tetap mempertahankan status sebagai Lembaga Pendidikan Tenaga Kependidikan (LPTK).

Faktor apa yang menyebabkan peminat meningkat sangat tajam?

Menurut saya, ini terkait Undang-Undang Nomor 14 Tahun 2005 tentang Guru dan Dosen yang secara eksplisit mengatur kesejahteraan guru dan dosen. Fasilitas dan tunjangan cukup banyak. Misalnya, tunjangan profesi, maslahat, cuti, dan lain-lain. UU ini mampu mengangkat citra, harkat, martabat, dan status sosial guru menjadi lebih tinggi. Tentu saja, untuk mendapatkan semua itu harus melalui sertifikasi terlebih dahulu.

Bagaimana dengan sarana dan prasarana di Unesa?

Sarana dan prasarana di Unesa dari tahun ke tahun semakin baik. Sejak 1999 ruang kuliah sudah berbasis OHP dan AC. Bahkan, sekarang sudah berbasis ICT.

Dulu, ada anggapan di masyarakat bahwa mahasiswa IKIP itu kebanyakan karena tidak diterima di universitas lain. Apakah masih demikian?

Salah. Sebab, dari dulu pendaftaran penerimaan mahasiswa baru itu dilaksanakan serentak si semua perguruan tinggi negeri. Lebih tepat, dulu, yang masuk ke IKIP itu kemampuannya di bawah mahasiswa perguruan tinggi lain yang sudah populer seperti ITS, Unair, atau UGM.

Sekarang, yang masuk Unesa umumnya lulusan SMA yang memang punya kemampuan. Bahkan, Unesa pun termasuk salah satu kampus favorit. Selain iming-iming prospek menjadi guru dengan gaji yang sangat menjanjikan, masyarakat juga sadar akan pentingnya tenaga pendidik harus memiliki keunggulan yang tinggi.

Apakah lulusan Unesa masih layak menjadi pendidik?

Jelas. Unesa memiliki komitmen untuk terus mencetak pendidik yang andal dan profesional. Unesa menghasilkan dua produk: tenaga pendidik dan scientist. Untuk program nonkependidikan, tidak menutup kemungkinan menjadi tenaga pendidik setelah lulus karena mereka juga dibekali dengan Akta Empat. Mahasiswa program kependidikan juga sudah dibekali dengan berbagai mata kuliah pedagogik semenjak semester pertama. Oleh karena itu, mereka sangat layak menjadi tenaga pendidik.

Apa usul Anda agar lulusan SMA yang bekualitas tertarik pada profesi guru?

Salah satunya, ya, laksanakan Undang-Undang Guru dan Dosen. Kalau itu dilaksanakan, insyaallah, kesejahteraan guru dan dosen menjadi lebih baik.

Selasa, 17 Maret 2009

KANG SARPIN MINTA DIKEBIRI

KANG SARPIN MINTA DIKEBIRI
Karya : Ahmad Tohari

KANG Sarpin meninggal karena kecelakaan lalu lintas pukul enam tadi pagi. Ia sedang dalam perjalanan ke pasar naik sepeda dengan beban sekuintal beras melintang pada bagasi. Para saksi mengatakan, ketika naik dan hendak mulai mengayuh, Kang Sarpin kehilangan keseimbangan. Sepedanya oleng dan sebuah mobil barang menyambarnya dari belakang. Lelaki usia lima puluhan itu terpelanting, kemudian jatuh ke badan jalan. Kepala Kang Sarpin luka parah, dan ia tewas seketika. Satu lagi penjual beras bersepeda mati menyusul beberapa teman yang lebih dulu meninggal dengan cara sama.

Beban sekarung beras pada bagasi dan terkadang sekarung kecil lainnya pada batangan adalah risiko besar bagi setiap penjual beras bersepeda. Tetapi mereka tak jera. Setiap hari mereka membeli padi dari petani, kemudian mengolahnya di kilang lalu menjual berasnya ke pasar. Mereka tak peduli sekian teman telah meninggal menjadi bea jalan raya yang kian sibuk dan kian sering minta tumbal nyawa.

Berita tentang kematian itu sampai kepada saya lewat Dalban, ipar Kang Sarpin sendiri. Ketika menyampaikan kabar itu Dalban tampak biasa saja. Wajahnya tetap jernih. Kata-katanya ringan. Mulutnya malah cengar-cengir. Entahlah, kematian Kang Sarpin tampaknya tidak menjadi kabar duka.

Di rumah Kang Sarpin saya telah melihat banyak orang berkumpul. Jenazah sudah terbungkus kafan dan terbujur dalam keranda. Tetapi tak terasa suasana duka cita. Wajah para pelayat cair-cair saja. Mereka duduk santai dan bercakap sambil merokok seperti dalam kondangan atau kenduri. Ada juga yang bergurau dan tertawa. Asap mengambang di mana-mana melayang seperti kabut pagi. Ah, saya harus bilang apa. Di rumah Kang Sarpin pagi itu memang tak ada duka cita atau bela sungkawa. Kalaulah ada seorang bemata sembab karena habis menangis, dialah istri Kang Sarpin. Tampaknya istri Kang Sarpin berduka seorang diri.

Setelah menaruh uang takziyah di kotak amal saya mencari kursi yang masih kosong. Sial. Satu-satunya kursi yang tersisa berada tepat di sebelah Dalban. Ipar Kang Sarpin masih ngoceh tentang si mati. Dan saya tak mengerti mengapa omongan si Dalban seperti menyihir para pelayat. Orang-orang tampak tekun menikmati cerita tentang almarhum dari mulut nyinyir itu.

“Ya, wong gemblung itu sudah meninggal,” kata Dalban dengan enak. Wajahnya tampak tanpa beban.

“Bagaimana aku tak menyebut iparku wong gemblung. Coba dengar. Suatu ketika di kilang padi, orang-orang menantang Sarpin: bila benar jantan maka dengan upah lima ribu rupiah dia harus berani membuka celana di depan orang banyak. Mau tahu tanggapan Sarpin? Tanpa pikir panjang Sarpin menerima tantangan itu. Ia menelanjangi dirinya bulat-bulat di depan para penantang. Lalu enak saja, dengan kelamin berayun-ayun, dia berjalan berkeliling sambil meminta upah yang dijanjikan.”

Cerita Dalban terputus oleh gelak tawa orang-orang. Dan Dalban makin bersemangat.

“Ya, orang-orang hanya nyengir dan mengaku kalah. Malu dan sebal. Sialnya mereka harus mengumpulkan uang lima ribu. Tetapi Yu Cablek, penjual pecel di kilang padi yang melihat kegilaan Sarpan berlari sambil berteriak, ‘Sarpin gemblung, dasar wong gemblong!’’’

Orang-orang tertawa lagi. Dan jenazah Kang Sarpin terbujur diam dalam keranda hanya beberapa langkah dari mereka. Saya mengerutkan alis. Ah, sebenarnya orang sekampung, lelaki dan perempuan, sudah tahu siapa dan bagaimana Kang Sarpin. Dia memang lain. Dia tidak hanya mau menelanjangi diri di depan orang banyak. Ada lagi tabiatnya yang sering membuat orang sekampung mengerutkan alis karena tak habis pikir. Kang Sarpin sangat doyan main perempuan dan tabiat itu tidak ditutupi-tutupinya. Dia dengan mudah mengaku sudah meniduri sekian puluh perempuan. “Saya selalu tidak tahan bila hasrat birahi tiba-tiba bergolak,” kata Kang Sarpin suatu saat.

“Tetapi Kang Sarpin masih ada baiknya juga,” cerita Dalban lagi. “Meski gemblung dia berpantangan meniduri perempuan bersuami. Kalau soal janda sih, jangan ditanya; yang tua pun dia mau. Dan hebatnya lagi dia juga tak pernah melupakan jatah bagi istrinya, jatah lahir maupun batin.”

***

DALBAN terus ngoceh dan orang-orang tetap setia mendengar dan menikmati ceritanya. Saya juga ikut mengangguk-angguk. Tetapi saya juga merenung. Sebab tadi malam, kira-kira sepuluh jam sebelum kematiannya Kang Sarpin muncul di rumah saya. Di bawah lampu yang tak begitu terang wajahnya kelihatan berat. Ketika saya tanya maksud kedatangannya, Kang Sarpin tak segera membuka mulut. Pertanyaan saya malah membuatnya gelisah. Namun lama-kelamaan mulutnya terbuka juga.

Ketika mulai berbicara ucapannya terdengar kurang jelas. “Mas, saya sering bingung. Sebaiknya saya harus bagaimana?”

“Maksud Kang Sarpin?”

“Ah, Mas kan tahu saya orang begini, orang jelek. Wong gemblung. Doyan perempuan. Saya mengerti, sebenarnya semua orang tak suka kepada saya. Sudah lama saya merasa orang sekampung akan lebih senang bila saya tidak ada. Saya adalah aib di kampung ini.”

“Kang, semua orang sudah tahu siapa kamu,” kata saya sambil tertawa. “Dan ternyata tak seorang pun mengusikmu. Lalu mengapa kamu pusing?”

“Tetapi saya merasa menjadi kelilip orang sekampung. Ah, masa-iya, saya akan terus begini. Saya ingin berhenti menjadi aib kampung ini. Lagi pula sebentar lagi saya punya cucu. Saya sudah malu jadi wong gemblung. Saya sudah ingin jadi wong bener, orang baik-baik. Tetapi bagaimana?”

“Yang begitu kok Tanya saya? Mau jadi orang baik-baik, semuanya tergantung Kang Sarpin sendiri, kan? Kalau mau baik, jadilah baik. Kalau mau tetap gemblung, ya terserah.”

“Tidak! Saya ingin berhenti gemblung. Sialnya, kok ternyata tidak mudah. Betul. Mengubah tabiat ternyata tidak mudah. Dan inilah persoalannya mengapa saya datang ke mari.”

Saya pandangi wajah Kang Sarpin. Matanya menyorotkan keinginan yang sangat serius. Anehnya, saya gagal menahan senyum.

“Bila Kang Sarpin bersungguh-sungguh ingin jadi wong bener, kenapa tidak bisa? Seperti saya bilang tadi, masalahnya tergantung kamu, bukan?”

“Sulit Mas,” potong Sarpin dengan mata berkilat-kilat. “Saya sungguh tak bisa!”

“Kok? Tidak bisa atau tak mau?”

“Tak bisa.” Kang Sarpin menunduk dengan menggeleng sedih.

“Lho, kenapa?”

“Ah, Mas tidak tahu apa yang terjadi dalam diri saya. Burung saya lho, Mas! Burung saya; betapapun saya ingin berhenti main perempuan, dia tidak bisa diatur. Dia amat bandel. Bila sedang punya mau, burung sama sekali tak bisa dicegah. Pokoknya dia harus dituruti, tak kapan, tak di mana. Sungguh Mas, burung saya sangat keras kepala sehingga saya selalu dibuatnya jengkel. Dan bila sudah demikian saya tak bisa berbuat lain kecuali menuruti apa maunya.

“Sekarang, Mas, saya datang kemari untuk minta bantuan. Tolong. Saya suka rela diapakan saja asal saya bisa jadi wong bener. Saya benar-benar ingin berhenti jadi wong gemblung.”

Terasa pandangan Kang Sarpin menusuk mata saya. Saya tahu dia sungguh-sungguh menunggu jawaban. Sialnya, lagi-lagi saya gagal menahan senyum. Kang Sarpin tersinggung.

“Mas, mungkin saya harus dikebiri.”

Saya terkejut. Dan Kang Sarpin bicara dengan mata terus menatap saya.

“Ya. Saya rasa satu-satunya cara untuk menghentikan kegemblungan saya adalah kebiri. Ah, burung saya yang kurang ajar itu memang harus dikebiri. Sekarang Mas, tolong kasih tahu dokter mana yang kiranya mau mengebiri saya. Saya tidak main-main. Betul Mas, saya tidak main-main!”

Tatapan Kang Sarpin makin terasa menusuk-nusuk mata saya. Wajahnya keras. Dan saya hanya bisa menarik napas panjang.

“Entah di tempat lain Kang, tetapi di sini saya belum pernah ada orang dikebiri. Keinginanmu sangat ganjil, Kang.”

“Bila tak ada dokter mau mengebiri, saya akan pergi kepada orang lain. Saya tahu di kampung sebelah ada penyabung yang pandai mengebiri ayam aduannya. Saya kira, sebaiknya saya pergi ke sana. Bila penyabung itu bisa mengebiri ayam, maka dia pun harus bisa mengebiri saya. Ya. Besuk, sehabis menjual beras ke pasar ….”

“Jangan Kang,” potong saya. Tatapan Kang Sarpin kembali menusuk mata saya. “Kamu jangan pergi ke tukang sabung ayam. Dokter memang tidak mau mengebiri kamu. Tetapi saya kira dia punya cara lain untuk menolong kamu. Besuk Kang, kamu saya temani pergi ke dokter.”

Wajah Kang Sarpin perlahan mengendur. Pundaknya turun dan napasnya lepas seperti orang baru menurunkan beban berat. Setelah menyalakan rokok Kang Sarpin menyandarkan ke belakang. Tak lama kemudian, setelah minta pengukuhan janji saya untuk mengantarnya ke dokter, Kang Sarpin minta diri. Saya mengantarnya sampai ke pintu. Ketika saya berbalik tiba-tiba sebuah pertanyaan muncul di kepala; apakah Kang Sarpin adalah lelaki yang disebut cucuk senthe? Di kampung ini cucuk senthe adalah sebutan bagi lelaki dengan dorongan birahi meledak-ledak dan liar sehingga yang bersangkutan pun tak bisa mengendalikan diri. Entahlah.

***

SAYA tersadar ketika semua orang bangkit dari tempat duduk masing-masing. Rupanya Modin yang akan memimpin upacara pelepasan jenazah sudah datang. Bahkan keranda sudah diusung oleh empat lelaki yang berdiri di tengah halaman. Kini suasana hening. Dalban yang sejak pagi terus ngoceh, juga diam.

Modin mengawali acara dengan memintakan maaf bagi almarhum kepada semua yang hadir. Modin juga menganjurkan kepada siapa saja yang punya utang piutang dengan Kang Sarpin untuk segera menyelesaikannya dengan para ahli waris. Sebelum doa dibacakan, modin tidak melupakan tradisi kampung kami; meminta semua orang memberi kesaksian tentang jenazah yang hendak dikubur.

“Saudara-saudara, saya meminta kalian bersaksi apakah yang hendak kita kubur ini jenazah orang baik-baik?”

Hening. Orang-orang saling berpandangan dengan sudut mata. Saya melihat Dalban menyikut lelaki di sebelah. “Bagaimana? Sarpin itu tukang main perempuan. Apa harus kita katakan dia orang baik-baik?”

Masih hening. Saya merasa semua orang menanggung beban rasa pakewuh, serba salah. Maka Modin mengulang pertanyaannya, apakah yang hendak dimakamkan adalah jenazah orang baik-baik. Sepi. Anehnya tiba-tiba saya merasa mulut saya bergerak.

“Baik!”

Suara saya yang keluar serta merta bergema dalam kelengangan. Saya melihat semua orang juga Modin, tertegun lalu menatap saya. Entahlah, saat itu saya bisa menyambut tatapan mereka dengan senyum.

Keranda bergerak bersama langkah empat lelaki yang memikulnya. Bersama orang banyak yang berjalan sambil bergurau, saya ikut mengantar Kang Sarpin ke kuburan. Saya tak menyesal dengan persaksian saya. Di mata saya seorang lelaki yang di ujung hidupnya sempat bercita-cita jadi wong bener adalah orang baik. Entahlah bagi orang lain, entah pula bagi Tuhan.

* * *

Kisah Pilot Bejo

Kisah Pilot Bejo
Cerpen Budi Darma (dimuat di Kompas, 02/11/2007 )

Barang siapa ingin menyaksikan pilot berwajah kocak, tengoklah Pilot Bejo. Kulitnya licin, wajahnya seperti terbuat dari karet, dan apakah dia sedang gemetar ketakutan, sedih, atau gembira, selalu memancarkan suasana sejuk. Karena itu, kendati dia suka menyendiri, dia sering dicari.

Kalau dilihat dari ilmu pengetahuan, entah apa, mungkin pula sosiologi, dia masuk dalam kawasan panah naik. Hampir semua neneknya hidup dari mengangkut orang lain dari satu tempat ke tempat lain. Ada leluhurnya yang menjadi kusir, lalu keturunannya menjadi masinis, dan setelah darah nenek moyang mengalir kepada dia, dia menjadi pilot.

Karena pekerjaan mengangkut orang dapat memancing bahaya, maka, turun menurun mereka selalu diberi nama yang menyiratkan keselamatan. Dia sendiri diberi nama Bejo, yaitu “selalu beruntung,” ayahnya bernama Slamet dan karena itu selalu selamat, Untung, terus ke atas, ada nama Sugeng, Waluyo, Wilujeng, dan entah apa lagi. Benar, mereka tidak pernah kena musibah.

Namun ingat, kendati pilot lebih terhormat daripada masinis, dan masinis lebih dihargai daripada kusir, masing-masing pekerjaan juga mempunyai kelas masing-masing. Ada kusir yang mengangkut orang-orang biasa, ada pula yang dipelihara oleh bangsawan dan khusus mengangkut bangsawan. Slamet, ayah Pilot Bejo, juga mengikuti panah naik: ayahnya, yaitu nenek Pilot Bejo, hanyalah seorang masinis kereta api jarak pendek, mengangkut orang-orang desa dari satu desa ke kota-kota kecil, sementara Waluyo, ayah Pilot Bejo, tidak lain adalah masinis kereta api ekspres jarak jauh.

Dibanding dengan ayahnya, kedudukan Pilot Bejo jauh lebih baik, meskipun Pilot Bejo tidak lain hanyalah pilot sebuah maskapai penerbangan AA (Amburadul Airlines), yaitu perusahaan yang dalam banyak hal bekerja asal-asalan. Selama tiga tahun AA berdiri, tiga pesawat telah jatuh dan membunuh semua penumpangnya, dua pesawat telah meledak bannya pada waktu mendarat dan menimbulkan korban- korban luka, dan paling sedikit sudah lima kali pesawat terpaksa berputar-putar di atas untuk menghabiskan bensin sebelum berani mendarat, tidak lain karena rodanya menolak untuk keluar. Kalau masalah keterlambatan terbang, dan pembuatan jadwal terbang asal-asalan, ya, hampir setiap harilah.

Perjuangan Bejo untuk menjadi pilot sebetulnya tidak mudah. Setelah lulus SMA dia menganggur, karena dalam zaman seperti ini, dalam mencari pekerjaan lulusan SMA hanyalah diperlakukan sebagai sampah. Untunglah ayahnya mau menolong, tentu saja dengan minta tolong seorang saudara jauh yang sama sekali tidak suka bekerja sebagai kusir, masinis, pilot, atau apa pun yang berhubungan dengan pengangkutan. Orang ini, Paman Bablas, lebih memilih menjadi pedagang, dan memang dia berhasil menjadi pedagang yang tidak tanggung- tanggung.

Ketika dengan malu-malu Bejo menemuinya, dengan lagak bijak Paman Bablas berkhotbah: “Bejo? Jadi pilot? Jadilah pedagang. Kalau sudah berhasil seperti aku, heh, dapat menjadi politikus, setiap saat bisa menyogok, dan mendirikan maskapai penerbangan sendiri, kalau perlu kelas bohong-bohongan.”

Mungkin karena wajah Bejo kocak, Paman Bablas tidak sampai hati untuk menolak. Maka, semua biaya pendidikan Bejo di Akademi Pilot ditanggung oleh Paman Bablas. Kendati otak Bejo sama sekali tidak cemerlang, akhirnya lulus, dan resmi mempunyai hak untuk menjadi pilot.

Namun, resmi mempunyai hak untuk menjadi pilot, tidak selamanya dapat menjadi pilot, bahkan ada juga yang akhirnya menjadi pelayan restoran. Mirip-miriplah dengan para lulusan Akademi Pimpinan Perusahaan. Mereka resmi berhak menjadi pimpinan perusahaan, tapi perusahaan siapakah yang mau mereka pimpin?

Andaikata dia minta tolong Paman Bablas lagi, kemungkinan besar dia akan diterima oleh maskapai besar. Namun dia tahu diri, apalagi dia percaya, darah nenek moyang serta namanya pasti akan terus melesatkan panah ke atas. Panah benar-benar melesat ke atas, ketika maskapai penerbangan SA (Sontholoyo Airlines) dibuka.

Setelah mengikuti ujian yang sangat mudah sekali, Bejo langsung diterima tanpa perlu latihan-latihan lagi, hanya diajak sebentar ke ruang simulasi, ke hanggar, melihat-lihat pesawat, semua bukan milik Sontholoyo Airlines, lalu diberi brosur. Ujian kesehatan memang dilakukan, oleh seorang dokter, Gemblung namanya, yang mungkin seperti dia sendiri, sudah bertahun-tahun menganggur. Dokter Gemblung bertanya apakah dia pernah operasi dan dia menjawab tidak pernah, meskipun sebenarnya dia pernah operasi usus buntu.

Pada hari pertama akan terbang, dia merasa bangga sekali. Dengan pakaian resmi sebagai pilot, dia menunggu jemputan dari kantor. Dia tahu, beberapa hari sebelum terbang dia pasti sudah diberi tahu jadwal penerbangannya, tapi hari itu dia tidak tahu akan terbang ke mana. Melalui berbagai peraturan dia juga tahu, paling lambat satu jam sebelum pesawat mulai terbang, pilot sudah harus tahu keadaan pesawat dengan jelas.

Demikianlah, sejak pagi sekali dia sudah menunggu di rumah, dan akhirnya, memang jemputan datang. Sopir ngebut lebih cepat daripada ambulans, menyalip sekian banyak kendaraan di sana dan di sini, karena, katanya, sangat tergesa-gesa. Dia baru tahu dari bos, bahwa hari itu sekonyong-konyong dia harus menjemput Pilot Bejo.

Begitu tiba di kantor Sontholoyo di bandara, Pilot Bejo dengan mendadak diberi tahu untuk terbang ke Makassar. Sebagai seorang pilot yang ingin bertanggung jawab, dia bertanya data-data terakhir mengenai pesawat. Dengan nada serampangan bos berkata: “Gitu saja kok ditanyakan. Kan sudah ada yang ngurus. Terbang ya terbang.”

Demikianlah, dengan tangan gemetar dan doa-doa pendek, Pilot Bejo mulai menerbangkan pesawatnya. Sebelum masuk pesawat dia sempat melihat sepintas semua ban pesawat sudah gundul, cat di badan pesawat sudah banyak mengelupas, dan setelah penumpang masuk, dia sempat pula mendengar seorang penumpang memaki-maki karena setiap kali bersandar, kursinya selalu rebah ke belakang.

Hari pertama disusul hari kedua, lalu disusul hari ketiga, dan demikianlah seterusnya sampai tahun ketiga tiba. Dia tidak berkeberatan lagi untuk dijemput terlambat lalu diajak ngebut ke bandara, merasa tidak perlu lagi bertanya mengenai data-data pesawat, merasa biasa mendengar penumpang memaki-maki, dan tenang-tenang saja dalam menghadapi segala macam cuaca. Darah nenek moyang dan namanya pasti akan menjamin dia, apa pun yang terjadi.

Tapi, mengapa manusia menciptakan kata “tapi”? Tentu saja, karena “tapi” mungkin saja datang setiap saat. Dan “tapi” ini datang ketika Pilot Bejo dalam keadaan payah karena terlalu sering diperintah bos untuk terbang dengan jadwal yang sangat sering berubah-ubah dengan mendadak, gaji yang dijanjikan naik tapi tidak pernah naik-naik, mesin pesawat terasa agak terganggu, dan beberapa kali mendapat teguran keras karena beberapa kali melewati jalur yang lebih jauh untuk menghindari badai, dan entah karena apa lagi.

Demikianlah, dalam keadaan lelah, dengan mendadak dia mendapat perintah untuk terbang ke Nusa Tenggara Timur. Awan hitam benar-benar pekat. Hujan selama beberapa jam menolak untuk berhenti.

Pesawat beberapa kali berguncang-guncang keras, beberapa penumpang berteriak-teriak ketakutan. Semua awak pesawat sudah lama tahan banting, tapi kali ini perasaan mereka berbeda. Dengan suara agak bergetar seorang awak pesawat mengumumkan, bahwa pesawat dikemudikan oleh pilot bernama Bejo, dan nama ini adalah jaminan keselamatan.

“Percayalah, Pilot Bejo berwajah kocak, tetap tersenyum, tidak mungkin pesawat menukik.”

Pilot Bejo sendiri merasa penerbangan ini berbeda. Hatinya terketar-ketar, demikian pula tangannya. Meskipun wajahnya kocak, hampir saja dia terkencing-kencing.

Dia tahu, bahwa seharusnya tadi dia mengambil jalan lain, yang jauh lebih panjang, namun terhindar dari cuaca jahanam. Dia tahu, bahwa dia tahu, dan dia juga tahu, kalau sampai melanggar perintah bos lagi untuk melewati jarak yang sesingkat-singkatnya, dia pasti akan kena pecat. Sepuluh pilot temannya sudah dipecat dengan tidak hormat, dengan kedudukan yang disahkan oleh Departemen Perhubungan, bunyinya, “tidak layak lagi untuk menjadi pilot selama hayat masih di kandung badan,” dengan alasan “membahayakan jiwa penumpang.”

Meskipun ketika masih belajar di Akademi Pilot dulu dia tidak pernah menunjukkan keistimewaan, dia tahu bahwa dalam keadaan ini dia harus melakukan akrobat. Kadang-kadang pesawat harus menukik dengan mendadak, kadang-kadang harus melesat ke atas dengan mendadak pula, dan harus gesit membelok ke sana kemari untuk menghindari halilintar. Tapi dia tahu, bos akan marah karena dia akan dituduh memboros-boroskan bensin. Dia juga tahu, dalam keadaan apa pun seburuk apa pun, dia tidak diperkenankan untuk melaporkan kepada tower di mana pun mengenai keadaan yang sebenarnya. Kalau ada pertanyaan dari tower mana pun, dia tahu, dia harus menjawab semuanya berjalan dengan amat baik.

Tapi, dalam keadaan telanjur terjebak semacam ini, pikirannya kabur, seolah tidak ingat apa-apa lagi, kecuali keadaan pesawat. Bisa saja dia mendadak melesat ke atas, menukik dengan kecepatan kilat ke bawah, lalu belok kanan belok kiri untuk menghindari kilat-kilat yang amat berbahaya, namun dia tahu, pesawat pasti akan rontok. Dia tahu umur pesawat sudah hampir dua puluh lima tahun dan sudah lama tidak diperiksa, beberapa suku cadangnya seharusnya sudah diganti, radarnya juga sudah beberapa kali melenceng.

Perasaannya sekonyong menjerit: “Awas!” Dengan kecepatan kilat pesawat melesat ke atas, dan halilintar jahanam berkelebat ganas di bawahnya. Lalu, dengan sangat mendadak pula pesawat menukik ke bawah, dan halilintar ganas berkelebat di atasnya.

Semua penumpang menjerit-jerit, demikian pula semua awak pesawat termasuk kopilot, kecuali dia yang tidak menjerit, tapi berteriak-teriak keras: “Bejo namaku! Bejo hidupku! Bejo penumpangku!” Pesawat berderak-derak keras, terasa benar akan pecah berantakan.

PENDIDIKAN

Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan yang diperlukan dirinya dan masyarakat.

Pendidikan meliputi pengajaran keahlian khusus, dan juga sesuatu yang tidak dapat dilihat tetapi lebih mendalam yaitu pemberian pengetahuan, pertimbangan dan kebijaksanaan. Salah satu dasar utama pendidikan adalah untuk mengajar kebudayaan melewati generasi.

Filosofi pendidikan
Pendidikan biasanya berawal pada saat seorang bayi itu dilahirkan dan berlangsung seumur hidup.

Pendidikan bisa saja berawal dari sebelum bayi lahir seperti yang dilakukan oleh banyak orang dengan memainkan musik dan membaca kepada bayi dalam kandungan dengan harapan ia akan bisa (mengajar) bayi mereka sebelum kelahiran.

Banyak orang yang lain, pengalaman kehidupan sehari-hari lebih berarti daripada pendidikan formal. Seperti kata Mark Twain, "Saya tidak pernah membiarkan sekolah mengganggu pendidikan saya."

Anggota keluarga mempunyai peran pengajaran yang amat mendalam -- sering kali lebih mendalam dari yang disadari mereka -- walaupun pengajaran anggota keluarga berjalan secara tidak resmi.

Kualitas pendidikan
Ada dua faktor yang mempengaruhi kualitas pendidikan, khususnya di Indonesia, yaitu:
  • Faktor internal, meliputi jajaran dunia pendidikan baik itu Departemen Pendidikan Nasional, Dinas Pendidikan daerah, dan juga sekolah yang berada di garis depan.Dalam hal ini,interfensi dari pihak-pihak yang terkait sangatlah dibutuhkan agar pendidikan senantiasa selalu terjaga dengan baik.
  • Faktor eksternal, adalah masyarakat pada umumnya.Dimana,masyarakat merupakan ikon pendidikan dan merupakan tujuan dari adanya pendidikan yaitu sebagai objek dari pendidikan.



Kedekatan Guru dengan Siswa


BAB I
PENDAHULUAN


Latar Belakang
Dalam menyambut era global yang penuh dengan pesaingan dan tantangan, timbul kesadaran-kesadaran baru yang mengharuskan bangsa indonesia agar tetap bisa bertahan. Untuk hal itulah dilakukan usaha-usaha untuk menata kembali sistem pendidikan di Indonesia. Salah satunya adalah dengan adanya penataan kembali kurikulum pendidikan di Indonesia. Adapun kurikulum yang diharapkan bisa mengatasi permasalahan yang timbul didunia pendidikan adalah Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan yang biasa disingkat KTSP. Kurikulum ini diharapkan bisa mencetak generasi bangsa yang memilki kompetensi-kompetensi yang pada akhirnya bisa bertahan dalam tingkat global. Oleh karena itu, kurikulum ini diberlakukan pada setiap mata pelajaran disekolah.
Salah satu pebedaan penting dan sangat signifikan dari kurukulum ini adalah perpindahan sentral proses pembelajaran. Jika pada kurikulum sebelumnya sentral dari proses pembelajaran bertumpu pada keaktifan guru, maka pada kurikulum terbaru ini yang lebih berperan adalah siswanya. Peranan guru dalam kurikulum baru ini lebih sebagai fasilitator, orang yang memberikan sarana dalam proses belajar.  Karena siswa diharapkan untuk lebih aktif, maka sangat penting untuk bisa meningkatakan motivasi belajar siswa. Dengan motivasi belajar siswa akan dapat melakukan proses belajar mengajar dengan antusias setiap saat. Ada beberapa cara yang bisa untuk meningkatkan motivasi belajar siswa misalnya dengan pembelajaran yang inovatif menggunakan media sampai interaksi dan kerjasama yang baik. Untuk cara yang
terakhir ini bisa terjadi antara siswa dengan siswa dan juga antara siswa dengan guru. Karena itulah sangat penting bagi guru untuk menciptakan hubungan yang hangat dengan siswanya meskipun peranan dari guru saat ini hanya sebagai fasilitator. Penulis dengan penelitian ini mencoba mengetahui seberapa besarkah pengaruh dari kedekatan atau keakraban siswa dengan guru terhadap motivasi belajar siswa.

Dalam makalah ini penulis berusaha menegaskan akan adanya pengaruh kedekatan guru dengan siswa terhadap motivasi belajar siswa. Penulis merasa perlu melakukan adanya pembahasan yang lebih lanjut tentang hal tersebut. karena diharapkan dengan adanya hasil pembahasan ini akan membawa perubahan yang lebih baik terhadap proses pembelajaran yang selama ini dilaksanakan.

A.Rumusan Masalah
Dari latar belakang diatas, dapat dirumuskan permasalahan sebagai berikut :
Bagaimana pengaruh kedekatan guru dengan siswa terhadap motivasi belajar siswa ?

B.Tujuan
Sesuai dengan perumusan masalah diatas maka tujuan penulisan adalah :
Untuk mengetahui sejauh mana pengaruh kedekatan guru terhadap siswa dalam motivasi belajar siswa tersebut.


C.Metode
Di dalam penulisan laporan ini, penulis menggunakan metode penulisan deskriptif kualitatif. Ada 2 sumber data yang dipakai yaitu data kepustakaan dan data lapangan. data kepustakaan diambil dari referensi yang memiliki hubungan dengan permasalahan yang dibahas.



BAB II
PEMBAHASAN


A.Hakekat Motivasi
Motivasi merupakan salah satu unsur pengajaran yang paling penting dari pembelajaran. Siswa yang memilki keinginan belajar dapat saja belajar tentang segala sesuatu. Pada dasarnya setiap siswa memiliki motivasi tetapi tugas pendidik untuk menemukan, menggugah, dan mempertahankan motivasi siswa untuk belajar dan terlibat aktifitas yang menuju pada arah pembelajaran dengan adanya motivasi yang tinggi untuk belajar tentu akan lebih mudah tercapai apa yang diharapkan dari proses pembelajaran tersebut.
Para ahli psikologi seperti yang disadur oleh Prof. Dr. Mohammad Nur (2000) medefinisikan motivasi sebagai suatu proses internal yang mengaktifkan, membimbing, dan mempertahankan perilaku dalam rentan waktu tertentu. Dalam bahasa sederhana, motivasi adalah apa yang membuat kita berbuat, membuat kita tetap berbuat, dan menentukan kearah mana yang hendak anda perbuat.

Menurut McDonald, dikutip dalam Prayitno (1999) “Motivation is a energy change within the person characterized by affective arousal a had anticipatory goal reactions”. Motivasi adalah suatu perubahan energi di dalam pribadi seseorang yang ditandai dengan timbulnya afektif dan reaksi untuk mencapai tujuan.
Motivasi bisa bervariasi dalam intensitas dan arah. Motivasi juga penting dalam menentukan seberapa jauh siswa akan belajar dari suatu kegiatan pembelajaran atau seberapa jauh siswa menyerap informasi yang disajikan kepada mereka. Dengan kata lain siswa meiliki motivasi lebih akan memperhatikan penjelasan guru dengan seksama. Sebagaimana pendapat ahli dalam buku saduran Prof. Dr. Mohammad Nur (2000) bahwa siswa yang termotivasi untuk belajar sesuatu akan menggunakan proses kognitif yang lebih tinggi dalam mempelajari materi itu, sehingga siswa itu akan menyerap dan akan mengindahkan materi itu dengan lebih baik. Tugas penting bagi guru adalah bagaimana mendukung motivasi siswa untuk belajar.

2.Fungsi Motivasi
Dari uraian di atas jelaslah bahwa motivasi mendorong timbulnya kelakuan dan mempengaruhi serta mengubah kelakuan. Jadi, fungsi motivasi itu ialah :
  • Mendorong timbulnya kelakuan atau suatu perbuatan. Tanpa motivasi tidak akan timbul perbuatan seperti belajar.
  • Sebagai pengarah, artinya mengarahkan perbuatan kepada pencapaian tujuan yang diinginkan.
  • Sebagai penggerak. Ia berfungsi sebagai mesin bagi mobil. Besar kecilnya motivasi akan menentukan capat atau lambatnya suatu pekerjaan.
C.Pengertian Belajar
Dalam keseluruhan proses pendidikan disekolah, kegiatan belajar merupakan kegiatan yang paling pokok. Dengan kata lain berhasilnya suatu pendidikan bergantung pada bagaimana proses yang dialami oleh peserta didik. Selain itu pandangan seseorang tentang akan mempenaruhi tindakannya dalam belajar, dan pandangan tentang belajar pada tiap orang berbeda.
Pengertian belajar menurut Yusuf (2005) ialah suatu proses usaha yang dilakukan seseorang untuk memperoleh suatu perubahan tingkah laku yang baru secara keseluruhan, sebagai hasil pengalaman sendiri dalam interaksi dengan lingkungannya. Beberapa ciri-ciri perubahan tingkah laku dalam pengertian belajar:

1. Perubahan terjadi secara sadar
2. Perubahan dalam belajar bersifat kontinue dan fungsional.
3. Perubahan dalam belajar bersifat positif dan aktif.
4. Perubahan dalam belajar bukan bersifat sementara.
5. Perubahan dalam belajar bertujuan terarah.
6. Perubahan mencakup seluruh aspek tingkah laku.

Dalam belajar ada beberapa motivasi yang melatar belakangi :

Dorongan Kognitif
Termasuk dalam dorongan kognitif adalah kebutuhan untuk mengetahui, mengerti, dan untuk memecahkan masalah. Dorongan ini timbul didalam proses interaksi antara siswa dengan tugas atau masalah.

Harga Diri
Ada siswa yang tekun belajar melaksanakan tugas bukan untuk memperoleh pengetahuan tetapi untuk memperoleh status dan harga diri.

Aktualisasi Diri
Hal ini susah dipisahkan dari harga diri. Ada siswa yang berusaha yang menguasai pelajaran atau belajar dengan giat untuk memperoleh pembenaran/penerimaan dari teman atau orang lain yang dapat memberikan status kepadanya. Hal ini biasa disebut pula dengan self-actualization (aktualisasi diri). Aktualisasi diri ini biasa disebabkan karena adanya interaksi dengan orang lain yang siswa rasa penting untuk menunjukkan jati dirinya kepada orang itu misalnya guru. Aktualisasi diri ini bisa disebabkan oleh karena diremehkan oleh guru atau bahkan untuk menunjukkan keantusiasan siswa terhadap guru tersebut.  Karena itulah guru harus memiliki prinsip-prinsip mengajar yang bisa menarik motivasi siwa kepermukaan. Misalnya prinsip individualisasi yang menganggap siswa merupakan makhluk individu yang unik. Prinsip ini memandang bahwa ada perbedaan yang khas pada tiap siswa seperti pebedaan intelegensi, minat bakat, hobi, tingkah laku, watak maupun sikapnya. Mereka berbeda pula dalam hal latar belakang kebudayaan, sosial ekonomi dan keadaan orang tuanya. Guru harus menyelidiki dan mendalami perbedaan siswa secara individu agar dapat melayani yang sesuai perbedaanya itu. Untuk melakukan prinsip inilah guru dengan siswa harus dekat dan memiliki hubungan yang hangat.

D.Relasi Guru dengan Siswa
Suharsimi (1984) dalam bukunya menyatakan bahwa proses belajar terjadi antara guru dengan siswa. Proses tersebut jua dipengaruhi oleh relasi yang ada dalam proses itu sendiri. Jadi cara belajar siswa dipengaruhi oleh relasinya dengan gurunya.
Didalam relasi yang baik, siswa akan menyukai gurunya, juga akan menyukai mata pelajaran yang diberikannya sehingga siswa berusaha mempelajari sebaik-baiknya dan begitu juga sebaliknya. Guru yang kurang berinteraksi dengan siswa yang secara akrab, menyebabkan proses berlajar mengajar kurang lancar. Jika siswa merasa jauh dari guru, maka segan berpartisipasi secara aktif dalam belajar.

Untuk mendapatkan hasil yang optimal, banyak dipengaruhi komponen-komponen belajar-mengajar. Sebagai contoh bagaimana cara mengorganisasikan materi, metode yang diterapkan, media yang digunakan, dan lain-lain. Tetapi disamping komponen-komponen pokok yang ada dalam kegiatan belajar mengajar, ada faktor lain yang ikut mempengaruhi keberhasilan siswa, yaitu soal hubungan antara guru dan siswa.
Hubungan guru dan siswa didalam proses belajar mengajar merupakan faktor yang sangat menentukan. Begaimanapun baiknya bahan pelajaran yang diberikan, bagaimanapun sempurnanya metode yang digunakan, namun jika hubungan guru-siswa merupakan hubungan yang tidak harmonis, maka dapat menciptakan suatu hasil yang tidak diinginkan (Sardiman : 2004).

Dalam hubungan ini, salah satu cara untuk mengatasinya adalah melalui contact-hours di dalam hubungan guru-siswa. Contact-hours atau jam-jam bertemu antara guru-siswa, pada hakikatnya merupakan kegiatan diluar jam-jam presentasi dimuka kelas seperti biasanya. Untuk tingkat perguruan tinggi peranan contact-hours ini sangat penting.
Perlu digaris bawahi bahwa kegiatan belajar mengajar, tidak hanya melalui presentasi atau system kuliah didepan kelas. Bahkan sementara dikatakan bahwa metode dengan kuliah (presentasi) tidaklah dianggap sebagai satu-satunya proses belajar yang efisien bila ditinjau baik dari segi pengembangan sikap danpikiran intelektual yang kritis dan kreatif.
Dengan demikian bentuk-bentuk kegiatan belajar selain melalui pengajaran didepan kelas, perlu diperhatikan bentuk-bentuk kegiatan belajar mengajar yang lain. Cara-cara atau bentuk-bentuk belajar yang lain itu antara lain dapat melalui dengan contact-hours tadi. Dalam saat-saat semacam itu dapat dikembangkan komunikasi dua arah . guru dapat menanyai dan mengungkapkan keadaan siswa dan sebaliknya siswa mengajukan berbagai persoalan-persoalan dan hambatan yang sedang dihadapi. Terjadilah suatu proses interaksi dan komunikasi yang humanistik. Memang guru yang menerapkan prinsip-prinsip humanisti capproach akan tergolong pada humanistic tacher. Hal ini jelas akan sangat membantu keberhasilan studi para siswa. Berhasil dalam arti tidak sekedar tahu atau mendapatkan nilai baik dalam ujian , tetapi akan menyentuh pada soal sikap mental dan tingkah laku atau hal-hal yang interinsik. Dengan demikian, tujuan kemanusiaan harus selalu diperhatikan, sehingga salah satu hasil pendidikan yang diharapkan yakni human people, yakni manusia yang memilki kesadaran untuk memperlakukan orang lain dengan penuh respect dan dignity.

Namun demikian harus diakui bahwa kegiatan informal semacam itu belum banyak dikembangkan. Disamping itu perlu juga diingat adanya hambatan-hambatan tertentu. Misalnya kadang-kadang masih adanya sikap otoriter dari guru (terutama warisan dizaman feodal), sikap tertutup dai guru, siswa yang pasif, jumlah siswa yang terlalu besar, system pendidikan, keadaan dan latar belakang guru sendiri aupun para siswanya. Untuk mengatasi itu semua perlu dikembangakan sikap demokratis dan terbuka dari para guru perlu ada keaktifan dari pihak siswa dan guru harus bersikap ramah sebaliknya siswa juga harus bersifat sopan, saling hormat menghormati, guru lebih bersifat manusiawi, rasio guru dan siswa yang lebih proporsional, masing-masing pihak bila perlu mengetahui latar belakang baik guru maupun siswa. Apabila hal-hal tersebut dapat terpenuhi, maka akan terciptalah suatu komunikasi yang selaras antara guru dan siswa dalam proses belajar mengajar. Memang untuk itu ada beberapa persyaratan yang seyogyanya perlu diperhatikan.

Persyaratan persyaratan itu antara lain :
  • Perlu dedikasi yang penuh dikalangan guru yang disertai dengan kesadaran akan fungsinya sebagai pamong bagi anak didiknya/siswanya :
  • Mencitakan hubungan yang baik antara sesama staf pengajar dan pimpinan, sehingga mencerminkan pula hibubungan baik antara guru dan siswa.
  • Sistem pendidikan dan kurikulum.
  • Adanya fasilitas ruangan yang memadai bagi para guru untuk mencukupi kebutuhan tempat bertamu antara guru dan siswa.
  • Rasio guru dan siswa yang rasional, sehingga guru dapat melakukan didikan dan hubungan secara baik.
  • Perlu adanya kesejahteraan guru yang memadai sehingga guru tidak terpaksa harus mencari hasil sampingan.


BAB III
PENUTUP

A.Saran
Dalam penulisan makalah ini tidaklah sempurna, maka dari itu kami sangat senang apabila ada suatu saran yang masuk dari pembaca, agar didalam penulisan selanjutnya lebih baik lagi.

B.Kritik
Kami sangat menunggu kritikan yang positif dari pembaca makalah ini untuk dapat lebih berkembang menjadi lebih baik, karena dalam makalah ini pasti banyak kesalahan, untuk itu dengan adanya suatu kritikan mungkin akan menjadi lebih baik bagi berkembangnya pendidikan dan berguna bagi bangsa indonesia kelak, Amiin.... .